Kisah Wanita Dibully karena Anak Kernet Truk, Berhasil Lulus Cumlaude

 

Kisah Wanita Dibully karena Anak Kernet Truk, Berhasil Lulus Cumlaude



Wanita bernama Indri Suwarti berbagi kisah inspiratif melawan bullying dengan prestasi. Indri kerap menerima bully dari tetangga karena dirinya merupakan anak kernet truk.

Berbincang dengan Wolipop, Indri yang tinggal di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah itu menceritakan ayahnya sehari-hari bekerja sebagai kernet truk. Selain itu karena pekerjaan sebagai kernet truk kerap tak pasti, sang ayah juga menjadi pemetik kelapa.

"Bapak saya bekerja serabutan, jadi kuli truk. Terkadang kalau sedang musim hujan dan truk tidak berangkat ke sungai ya bapak saya cari pekerjaan lain atau terkadang tidak bekerja. Bapak saya juga terkadang bekerja sebagai kuli bangunan atau memetik kelapa di suruh orang," kata Indri, Jumat (23/7/2021).

Sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga. Ibu Indri sebelumnya pernah bekerja di toko barang plastik, tetapi karena kemudian jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit cukup lama, akhirnya sang ibu berhenti bekerja.

Ketika lulus Sekolah Menengah Kejuruan pada 2015, Indri tak ada rencana untuk melanjutkan kuliah. Sebab ia tak mempunyai biaya dan tak ingin membebani kedua orangtuanya. Rencananya ini sempat disayangkan oleh guru-gurunya karena dia murid berprestasi.

"Meskipun sebenarnya orangtua saya juga ingin saya kuliah. Nah, saya dinasehati oleh guru-guru saya di SMK untuk melanjutkan kuliah. Guru saya bilang katanya sayang nilainya kalau tidak kuliah. Akhirnya saya memberanikan diri untuk mendaftar beasiswa Bidikmisi dan mendaftar SBMPTN," kenang Indri.

Indri Lulus SBMPTN

Wanita 24 tahun itu tak menyangka jika ia lulus tes SBMPTN dengan jalur beasiswa Bidikmisi. Beasiswa tersebut merupakan bantuan biaya pendidikan dari pemerintah bagi lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat yang memiliki potensi akademik baik tetapi memiliki keterbatasan ekonomi.

Indri diterima di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah. Dia memilih jurusan tersebut karena ingin mewujudkan cita-citanya sebagai guru.

"Saya memang dari dulu berkeinginan kuliah di Unsoed dengan jurusan pendidikan karena saya dari kecil bercita-cita menjadi guru. Akhirnya saya mengambil Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia," tuturnya.

Ketika mengetahui Indri bisa masuk ke Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED), kedua orangtuanya sangat mendukung dan merasa bangga. "Bapak dan ibu sangat senang karena saya dapat kuliah. Bahkan sangat bahagia karena anaknya bisa kuliah. Apalagi dari keluarga besar saya belum ada yang menempuh pendidikan sampai kuliah," jelasnya.

Indri mulai masuk kuliah pada September 2015. Ia pernah mengalami beberapa kesulitan selama kuliah di antaranya adalah kekurangan uang saku dan uang untuk beli buku.

"Saya memang mendapatkan uang bulanan dari beasiswa. Namun, uang turun enam bulan atau tiga bulan sekali. Jadi, terkadang saya harus minta ke kedua orangtua," tambahnya.

Agar mendapatkan uang tambahan, Indri bekerja setengah hari saat libur sekolah. Selain itu, kesulitan lainnya saat masa perkuliahan adalah masalah internet.

"Saya di rumah tidak ada wifi dan sinyal kurang bagus. Oleh karena itu, saya sering menumpang wifi di kos teman untuk mengerjakan tugas," ucapnya.

Bullying Tetangga Dibalas dengan Prestasi

Anak pertama dari dua bersaudara itu mengaku kerap mendapat komentar negatif dari tetangga yang tidak suka ke keluarganya. Tetangga kerap nyinyir melihat Indri yang melanjutkan kuliah setelah lulus SMK dengan keadaan serba keterbatasan ekonomi.

"Sering ada yang bilang 'kuliah kok minta-minta, kalau nggak punya uang ya ga usah kuliah.' Ada juga yang bilang 'kuliah kok jurusannya sastra si buat apa.' Pernah juga bapak saya dihina katanya anaknya kuliah, tapi bapaknya tidak bisa tanda tangan," tirunya geram.

Indri memilih menghiraukan nyinyiran tetangga tersebut dan hanya diam. Dia fokus belajar agar bisa menyelesaikan kuliah dengan baik.

"Biarkan orang mau menghina apa. Yang penting tunjukkan saja kalau saya mampu. Toh, yang mereka bilang itu tidak benar," imbuhnya.

Setelah melewati masa perkuliahan dan menerima segala nyinyiran dari tetangganya, Indri berhasil membuktikan jika ia bisa berprestasi. Dia mengharumkan nama kedua orangtuanya dengan lulus cumlaude.

"Saya juga tidak menyangka kalau bisa lulus cumlaude menjadi lulusan terbaik. Saya lulus cumlaude ya karena saya berusaha semaksimal mungkin untuk belajar ketika ujian, mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh," imbuhnya.

Indri berusaha agar IPK setiap semesternya bisa terus naik karena ia menyadari bahwa mendapatkan biaya dari pemerintah. "Maka dari itu, saya juga tidak boleh mengecewakan. Saya harus bisa membanggakan keluarga dan instansi yang telah membiayai saya. Saat diumumkan cumlaude itu waktu saya Yudisium (lupa tanggalnya)."

Ia pun terharu, senang dan merasa sangat bahagia. Saat gladi resik wisuda, Indri duduk di deretan mahasiswa perwakilan fakultas. Kedua orangtuanya langsung menangis terharu melihat anak sulungnya bisa menyadang predikat sarjana.

Di akhir wawancara, Indri memberikan pesan bagi kamu yang memiliki keterbatasan ekonomi namun ingin tetap melanjutkan pendidikan. Menurutnya tetaplah semangat dan jangan pernah menyerah, berusaha dan berdoa kepada Allah SWT.

"Allah pasti punya jalan terbaik untuk kita, untuk mewujudkan setiap cita-cita kita. Jangan lupa, selalu minta rida kedua orangtua karena rida dan doa kedua orangtua kita sangatlah penting. Jangan lupa belajar, gunakan kesempatan yang kita punya dengan sebaik-baiknya," tegasnya.

"Satu lagi, jadikan hinaan sebagai cambuk untuk kita maju. Buktikan kalau kita bisa. Namun, jangan sombong. Tetaplah rendah hati. Keep spirit," tutup Indri.

Belum ada Komentar untuk "Kisah Wanita Dibully karena Anak Kernet Truk, Berhasil Lulus Cumlaude"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel